LAPORAN PRAKTIKUM
ACARA VI
PENGECILAN UKURAN
OLEH :
ARIFSON YONDANG
NIREM : 05.1.4.12.0370
MENTERI PERTANIAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PERTANIAAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP)
MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN 2015
1.
Pentingnya
Pengecilan Ukuran Bahan
Merupakan pengecilan secara mekanis
tanpa mengubah sifat-sifat kimia dari bahan. Pengecilan ukuran meliputi
pemotongan, penghancuran, dan penggilingan. Pentingnya pengecilan ukuran adalah
mengubah sifat-sifat phisik bahan yang sangat diperlukan untuk penanganan
lanjut, seperti perlakuan
pemindahan,pengaliran dan pengangkutan bahan dan perlakuan pemanasan,
pendinginan sampai dengan pencampuran
bahan baik yang mencakup perubahan phisik, mekanis , kimia dan
mikrobiawi bahan.
2.
Tujuan
pengecilan ukuran
a.
Mendukung ekstraksi bahan.
b.
Memperoleh produk dengan bentuk dan ukuran seragam sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
c.
Mempertinggi reaktivitas bahan sehingga proses pengolahan berjalan dengan baik.
d. Memberikan bentuk dan ukuran yang bersifat estetis
sehingga memberikan kenampakan yang
lebih menarik.
1.
Karakteristik
Ukuran
Pengecilan ukuran bahan digolongkan dalam 3 kelas
(Muljohardjo, 1987):
a.
Kisaran Dimensi/ dimension range (ukuran terkecil
3,125 mm)
b.
Kisaran Ayakan/
sieve range(0,07-3,125 mm)
c.
Kisaran Mikroskopis (kurang dari 0,07 mm)
Ukuran yang
digunakan dinyatakan dengan mesh
maupun mm. Mesh adalah jumlah lubang
yang terdapat dalam satu inchi persegi
(square inch), jika dinyatakan dalam mm
maka angka yang ditunjukkan merupakan besar material yang diayak.
2.
Pengayakan
a.
Proses pemisahan partikel yang berdasarkan atas ukuran
partikel terutama dalam keadaan kering
dan dikenakan terhadap bahan-bahan yang bersifat heterogen padat.
b.
Bahan yang lolos ayakan disebut oversize atau overflow
c.
Ayakan Tyler
d.
Salah satu cara penentuan kelembutan butiran hasil
penggilingan
e.
Mesin pengayak disebut Rotap memiliki gaya ayakan
tertentu dan dapat diatur waktu pengoperasiannya.
3.
Modulus
Kehalusan (Fineness Modulus,FM)
a.
Menyatakan keseragaman bahan (tingkat kehalusan)
dengan jumlah berat bagian yang tertinggal pada tiap-tiap ayakan/saringan yang
digunakan dibagi 100.
b.
Ukuran rata-rata sebuah bahan (D) dinyatakan dalam
inchi dengan menggunakan rumus: D = 0,0041 (2)FM
c.
Menghitung Hasil Pengayakan
Mesh. No
|
%Bahan
Tertinggal
|
%
Tertinggal Kumulatif
|
3/8
4
8
14
30
50
100
pan
|
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
|
X1
X1+X
X1+X2+X3
X1+X2+X3+X4
X1+X2+X3+X4+X5
X1+X2+X3+X4+X5+X6
X1+X2+X3+X4+X5+X6+X7
|
Total
|
100
|
Jumlah Total
|
Menentukan Fraksi % Bahan Tertinggal
Menentukan Fineness Modulus
Menentukan Ukuran Rata - Rata
1.
Pemotongan
Partikel yang dihasilkan memiliki
deformasi minimum dan permukaan baru yang dihasilkan relatif tidak mengalami kerusakan. Pemotongan dilakukan
pada buah dan sayur.
Alat pemotong yang tepat digunakan
adalah pisau yang Sangat tajam dan
setipis mungkin sehingga menghasilkan pemotongan yang halus dan energi yang
digunakan kecil.
2.
Penghancuran
Memberikan sejumlah daya yang melebihi keperluan daya
yang sesungguhnya diperlukan. Operasi ini dilakukan untuk mengekstrak cairan
dan untuk merusak struktur bagian bahan Penghancuran menggunakan roll baja.
Contoh: penggilingan sorgum merupakan aplikasi
gaya statis dan hammer mill
penghancuran dengan gaya dinamis
3.
Geseran
Merupakan Kombinasi dari pemotongan dan penghancuran.
Digunakan untuk bahan berserat keras dimana beberapa potongan lebih
menguntungkan.
4. Sifat dan Fungsi Tepung
4. Sifat dan Fungsi Tepung
a.
Sifat kimia
Sifat kimia pada bahan pangan menunjukkan perubahan
komposisi kimia yang terkandung setelah mengalami proses pengolahan maupun
penyimpanan (Wikipedia, 2009). Komposisi kimia jagung sangat bervariasi
tergantung dari varietas, cara menanam, iklim dan tingkat kematangan
(Jugenheimer,1976).
Sifat kimia tepung meliputi kadar air, abu, protein
total, lemak, pati, dan amilosa. Pengujian karakteristik kimia juga bertujuan
untuk memperoleh tepung sesuai standar mutu yang teregulasi. Mutu tepung jagung
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3727 (1993) disajikan pada
Tabel 2. Khusus untuk kadar pati jumlah minimum menurut SII (Standar Industri
Indonesia) adalah 75 %.
b.
Sifat fisika
Sifat fisik merupakan atribut fisik yang tampak dan
dapat diukur dari bahan pangan (Wikipedia, 2009). Sifat fisik tepung meliputi
rendemen, starch damage, densitas kamba, derajat putih, dan nilai pH.
1)
Rendemen
Rendemen merupakan perbandingan berat produk yang diperoleh terhadap berat
bahan baku yang digunakan. Perhitungan rendemen dilakukan berdasarkan berat
kering bahan. Rendemen tepung menyatakan nilai efisiensi dari proses pengolahan
sehingga dapat diketahui jumlah tepung yang dihasilkan dari bahan dasar
awalnya.
2)
Starch Damage
Starch damage terjadi terutama diakibatkan oleh gaya mekanis yang
diperoleh dalam proses penepungan. Selama proses penepungan, 5-12 % pati
mengalami kerusakan. Granula pati yang lebih besar biasanya mengalami kerusakan
yang lebih besar. Terdapat dua jenis starch damage, yakni cracks
dan breaks (Dubois 1949 dalam Dubat, 2004). Kedua tipe jenis starch
damage dapat dilihat sebagai berikut.
Starch damage dapat berpengaruh positif maupun negatif. Adanya starch
damage menyebabkan daya serap air menjadi lebih tinggi menjadi 2-4 kali
berat semula. Pati dikatakan 100% mengalami kerusakan bila menyerap air sebanyak
jumlah pati pada suhu 30°C. Sedangkan pati alami (native starch)
hanya mampu menyerap 0,4 kali berat mula-mula. Hal ini penting secara ekonomi,
karena air merupakan salah satu ingridien yang murah untuk meningkatkan
rendemen pada produk seperti roti dan mi basah (Dubat, 2004). Selain itu starch
damage dapat meningkatkan mobilitas adonan (lembut dan fleksibel) dan
kohesivitas serta meningkatkan kapasitas menahan gas pada pembuatan roti.
Disisi lain, daya serap yang terlalu tinggi dapat menyebabkan adonan menjadi
lengket sehingga sulit untuk dicetak. Selain itu, starch damage juga
memungkinkan beberapa enzim spesifik (salah satunya adalah β-amilase) lebih leluasa bekerja dan meningkatkan nilai
ketercernaan pati. Starch damage menunjukkan beberapa sifat fisik yang
mirip dengan pati pregelatinisasi.
3)
Densitas kamba
Densitas kamba menunjukkan perbandingan antara berat suatu bahan terhadap
volumenya. Densitas kamba merupakan sifat fisik bahan pangan khusus biji-bijian
atau tepung-tepungan yang penting terutama dalam pengemasan dan penyimpanan.
Bahan dengan densitas kamba yang kecil akan membutuhkan tempat yang lebih luas
dibandingkan dengan bahan dengan densitas kamba yang besar untuk berat yang
sama sehingga tidak efisien dari segi tempat penyimpanan dan kemasan (Ade et
al., 2009).
4)
Derajat putih (L)
Pengukuran warna secara objektif penting dilakukan karena pada produk
pangan warna merupakan daya tarik utama sebelum konsumen mengenal dan menyukai
sifat-sifat lainnya. Warna tepung dapat diamati secara kuantitatif dengan
metode Hunter menghasilkan tiga nilai pengukuran yaitu L, a dan b. Nilai L
menunjukkan tingkat kecerahan sampel. Semakin cerah sampel yang diukur maka
nilai L mendekati 100. Sebaliknya semakin kusam (gelap), maka nilai L mendekati
0. Nilai a merupakan pengukuran warna kromatik campuran merah-hijau. Nilai b
merupakan pengukuran warna kromatik campuran kuning-biru (Hutching, 1999).
Warna tepung yang diperdagangkan bervariasi mulai dari putih sampai putih
keabu-abuan atau agak coklat dan kuning.
Menurut syarat mutu SNI tidak ada kriteria derajat putih yang yang
diharuskan, warna sesuai bahan baku jagung (putih, kuning) dan secara umum
sesuai spesifikasi bahan aslinya. Umumnya konsumen lebih menyukai tepung dengan
derajat putih (L) yang tinggi.
5)
Nilai pH
Nilai pH berpengaruh terhadap pembentukan gel yang optimum. Pembentukan gel
pati yang optimum terjadi pada pH 4-7 (Winarno, 2008). Faktor utama pembentukan
gel adalah gelatinisasi pati bukan dari pembentukan gluten seperti yang
terdapat dalam tepung terigu.
6)
SEM (Scanning Electron Microscope).
Bentuk granula pati merupakan ciri khas masing-masing pati. Pati jagung
mempunyai ukuran yang cukup besar dan tidak homogen yaitu untuk viskositas yang
cenderung tinggi dan tetap dipertahankan atau meningkat selama pemanasan (Tam et
al., 2004).
c.
Sifat fungsional
Sifat fungsional merupakan sifat fisikokimia yang
mempengaruhi perilaku komponen tersebut dalam makanan selama persiapan,
pengolahan, penyimpanan, dan konsumsi (Metirukmi, 1992). Sifat ini meliputi :
1)
Kapasitas penyerapan air (KPA)
Kapasitas penyerapan air digunakan untuk mengukur besarnya kemampuan tepung
untuk menyerap air dan ditentukan dengan cara sentrifugasi. Kapasitas
penyerapan air berkaitan dengan komposisi granula dan sifat fisik pati setelah
ditambahkan dengan sejumlah air. Kapasitas penyerapan air menentukan jumlah air
yang tersedia untuk proses gelatinisasi pati selama pemasakan. Bila jumlah air
kurang maka pembentukan gel tidak dapat mencapai kondisi optimum. Dengan
demikian kemampuan hidrasi yang rendah kurang cocok untuk produk olahan yang
membutuhkan tingkat gelatinisasi yang tinggi. Kapasitas penyerapan air juga
mempengaruhi kemudahan dalam menghomogenkan adonan tepung ketika dicampurkan
dengan air. Tingkat homogenitas adonan akan berpengaruh terhadap kualitas hasil
pengukusan. Adonan yang homogen, setelah dikukus akan mengalami gelatinisasi
yang merata yang ditandai tidak terdapatnya spot-spot putih atau kuning pucat
pada adonan tepung yang telah dikukus.(Tam et al., 2004).
2)
Swelling volume dan kelarutan
Kelarutan merupakan berat tepung terlarut dan dapat diukur dengan cara
mengeringkan dan menimbang sejumlah supernatan. Swelling volume
merupakan kenaikan volume dan berat maksimum pati selama mengalami pengembangan
di dalam air (Balagopalan et al., 1988 dalam Baah, 2009).
3)
Kapasitas emulsi
Kapasitas emulsi merupakan kemampuan larutan atau suspensi untuk
mengemulsikan lemak. Adanya emulsifier yang terkandung pada tepung dapat
berpengaruh pada tektur produk yang dihasilkan. Emulsifier berfungsi mengontrol
kohesivitas, kelengketan dan kekentalan tepung.
C.
Metoda Praktikum
1.
Bahan dan Alat Praktikum
a.
Bahan
1)
Produk Kering (siap giling)
a)
Jagung
b)
Beras
c)
Kacang Hijau
d)
Kedelai
2)
Tepung standar
b.
Alat
1)
Timbangan
2)
Penggiling
3)
Ayakan (100, 80,60,40 mesh)
4)
Gayung (literan)
5)
Jangka sorong
6)
Wadah bahan
7)
Kuas pmbersih alat penggiling
8)
Alat tulis
2.
Prosedur Praktikum
a.
Persiapkan sampel masing-masing bahan
b.
Identifikasikan bentuk, ukuran dan warna
c.
Amati kerapatan curahnya
d.
Ambil sampel bahan masing-msing dengan massa tertentu
(250 atau 100 g)
e.
Lakukan penggilingan / penepungan dan catat waktu
penggilingan
f.
Tampung hasil penggilingan
g.
Timbang hasil penggilingan dan catat massanya
h.
Ukurlah kerapatan curah hasil penggilingan
i.
Lakukan pengayakan
dengan ayakan tertentu ( 100, 80,
60 mesh)
j.
Timbanglah masing-masing distribusi ayakan
k.
Hitunglah randemen penepungan
l.
Identifikasikan warna dan kenampakan tepung
m.
Catat data dan analisa penggilinga
D. Hasil
Tabel 1. Persiapan sampel untuk
penggilingan/penepungan
No
|
Bahan
|
Massa
(gram)
|
Warna
|
Bentuk
|
Ukuran (mm)
L,W, T
|
Volume
(cc)
|
Kerapatan
(g/l)
|
1
|
Jagung
|
200
|
Kuning
|
Trunkat
|
260
|
200 gr / 0,26 l=
769,2308
|
|
2
|
Kedelai
|
150
|
Crem
|
Oblong
|
220
|
150 gr / 0,22 l=
681,8182
|
|
3
|
Kacang hijau
|
150
|
Hijau
|
Oblong
|
210
|
150 gr / 0,21 l=
714,2857
|
|
4
|
Beras merah
|
150
|
Coklat merah
|
Oblong
|
200
|
150 gr / 0,20 l= 750
|
Tabel 2. Penepungan
No.
|
Bahan
|
Volum
(l)
|
Massa
(gram)
|
Waktu
(s)
|
Massa tepung
(gram)
|
Kapasitas
(gram/s)
|
Warna
|
Randemen
(%)
|
1
|
Jagung
|
345
|
200
|
2940
|
20
|
0,0068
|
Kuning
|
10
|
2
|
Kedelai
|
400
|
150
|
1000
|
10
|
0,01
|
Crem
|
6,67
|
3
|
Kacang hijau
|
280
|
150
|
234
|
10
|
0,043
|
Hijau
|
6,67
|
4
|
Beras merah
|
227
|
150
|
190
|
10
|
0,053
|
Coklat merah
|
6,67
|
Tabel 3. Hasil ayakan
No.
|
Bahan
|
Massa
(gram)
|
Ayakan
(mesh)
|
Massa lolos (gram)
|
Massa tak lolos
(gram)
|
Randemen
(%)
|
1
|
Jagung
|
200
|
80
|
20
|
180
|
10
|
2
|
Kedelai
|
150
|
80
|
10
|
140
|
6,67
|
3
|
Kacang hijau
|
150
|
80
|
10
|
130
|
6,67
|
4
|
Beras merah
|
150
|
80
|
10
|
140
|
6,67
|
Tabel
4. Kerapatan Curah dan Warna
No.
|
Bahan
|
Massa lolos
(gram)
|
Volum
(cc)
|
Kerapatan curah
(gram/l)
|
Warna
|
1
|
Jagung
|
20
|
35
|
20 gr / 0,035=
571,4286
|
Kuning
|
2
|
Kedelai
|
10
|
50
|
10 gr / 0,05= 200
|
Crem
|
3
|
Kacang hijau
|
10
|
30
|
10 gr / 0,03= 333,3333
|
Hijau
|
4
|
Beras merah
|
10
|
22
|
10 gr / 0,022 = 454,5455
|
Coklat merah
|
E.
Pembahasan
Bahan pembahasan:
- Terangkan secara garis besar proses berlangsungya pengecilan ukuran !
Memberikan
sejumlah daya yang melebihi keperluan daya yang sesungguhnya diperlukan.
Operasi ini dilakukan untuk mengekstrak cairan dan untuk merusak struktur
bagian bahan Penghancuran menggunakan roll baja.
Starch
damage terjadi terutama diakibatkan oleh gaya mekanis yang diperoleh dalam proses
penepungan. Selama proses penepungan, 5-12 % pati mengalami kerusakan. Granula
pati yang lebih besar biasanya mengalami kerusakan yang lebih besar.
- Jabarkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil penggilingan !
a.
Sifat kimia pada bahan pangan menunjukkan perubahan
komposisi kimia yang terkandung setelah mengalami proses pengolahan maupun
penyimpanan (Wikipedia, 2009). Komposisi kimia jagung sangat bervariasi
tergantung dari varietas, cara menanam, iklim dan tingkat kematangan
(Jugenheimer,1976).
Sifat kimia tepung meliputi kadar air, abu, protein
total, lemak, pati, dan amilosa.
b. Sifat fisik
merupakan atribut fisik yang tampak dan dapat diukur dari bahan pangan
(Wikipedia, 2009). Sifat fisik tepung meliputi rendemen, starch damage,
densitas kamba, derajat putih, dan nilai pH.
c.
Sifat fungsional merupakan sifat fisikokimia yang
mempengaruhi perilaku komponen tersebut dalam makanan selama persiapan,
pengolahan, penyimpanan, dan konsumsi (Metirukmi, 1992). Sifat ini meliputi :
1)
Kapasitas penyerapan air (KPA)
2)
Swelling volume dan kelarutan
3)
Kapasitas emulsi
- Apakah ada pengaruh bentuk dan ukuran bahan terhadap penggilingan ?Ada, bentuk bahan yang tidak beraturan (jagung) lebih sulit digiling dari pada bentuk yang sama/beraturan (kedelai, kacang hijau, beras)
- Terangkan apakah dan mengapa terjadi perbedaan randemen antara jenis bahan!Terjadi perbedaan randemen antara jenis bahan karena sifat kimia (Sifat kimia tepung meliputi kadar air, abu, protein total, lemak, pati, dan amilosa) dan sifat fisika (Sifat fisik tepung meliputi rendemen, starch damage, densitas kamba, derajat putih, dan nilai pH) yang berbeda
- Perkirakan kemungkinan faktor lain yang belum/tidak teramati yang berpengaruh pada kinerja penggilinganKemungkinan faktor lain yang belum/tidak teramati yang berpengaruh pada kinerja penggilingan yaitu ukuran alat, ketajaman mata pisau, kerapatan gesekan,
Daftar Pustaka
http://id.scribd.com/mobile/../13553833,
diakses tanggal 8
Januari 2015 jam 19.00 WIB
http://rikadamayantiftpuj2011.blogspot.com/raktikum teknologi peneungan jagung,
diakses tanggal 8
Januari 2015 jam 19.00 WIB